BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Masalah
Pendidikan
agama Islam merupakan suatu sistem pendidikan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh umat manusia dalam rangka meningkatkan pemahaman,
penghayatan dan pengalaman agama dalam kehidupan bermasyarakat, beragama,
berbangsa dan bernegara. Menurut Ahmad D Marimba (dalam Ismail 2008 : 36)
pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum
agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran
Islam. Kepribadian utama tersebut seringkali beliau mengatakan dengan istilah Kepribadian
muslim, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih
dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam, dan bertanggung
jawab sesuai dengan nilai-nilai Islam. Allah SWT dengan tegas telah mewajibkan
hamba-Nya melakukan pendidikan, sebagaimana disebutkan dalam Al-Qur’an surat
Al-‘Alaq ayat 3-5 :
ù&tø%$# y7š/u‘ur ãPtø.F{$# ÇÌÈ “Ï%©!$# zO¯=tæ ÉOn=s)ø9$$Î/ ÇÍÈ zO¯=tæ z`»|¡SM}$# $tB óOs9 ÷Ls>÷ètƒ ÇÎÈ
Artinya :
"Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha
Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya". (QS. Al-Alaq / 96:3-5)
Dari
ayat Al-Qur’an di atas dapat dipahami bahwa manusia tanpa melalui belajar,
niscaya tidak akan dapat mengetahui segala sesuatu yang ia butuhkan bagi
kelangsungan hidupnya di dunia dan akhirat, hal ini lebih menegaskan bahwa
begitu pentingnya arti sebuah pendidikan dan pembelajaran bagi manusia.
Pengetahuan manusia akan berkembang jika diperoleh melalui proses belajar
mengajar yang diawali dengan kemampuan menulis dengan pena dan membaca dalam
arti luas, yaitu tidak hanya dengan membaca tulisan melainkan juga membaca
segala yang tersirat di dalam ciptaan Allah.
Dalam
Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal
1 ayat 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan
yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Dari Undang-undang ini
dapat dipahami bahwa suasana belajar itu harus dibentuk dalam usaha sadar dan
terencana sehingga tercipta pembelajaran yang berkualitas. Pembelajaran yang
berkualitas atau bermutu tidak akan tercapai apabila tidak didukung oleh
seluruh komponen pembelajaran dan suasana belajar yang kondusif. Namun pada kenyataannya dalam proses
pembelajaran masih banyak guru yang mengajar secara tradisional, metode ceramah
yang diselingi tanya jawab masih mendominasi proses pembelajaran. Akibatnya
terjadilah apa yang dikatakan dengan istilah “Teacher Centre” bukan “Student
Centre”, pembelajaran berpusat kepada guru bukan kepada siswa, sehingga siswa tidak punya kesempatan
untuk mengembangkan potensinya secara maksimal. Padahal keaktifan siswa dalam
proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangakan bakat yang dimilikinya,
berfikir kritis dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam
kehidupannya sehari-hari (Martinis Yamin, 2007 : 77). Namun demikian, seorang guru dalam usaha meningkat mutu atau
kualitas pembelajaran tetap akan dihadapkan kepada permasalahan-permasalahan
yang menjadi kendala baik yang berasalal dari siswa itu sendiri maupun yang
berasalah dari luar diri siswa. Hambatan-hambatan tersebut merupakan tantangan
yang harus ditaklukkan oleh seorang guru sebagai seorang pendidik dan pengajar
dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran. Tantangan paling berat yang sering
dihadapi oleh seorang guru adalah rendahnya motivasi belajar siswa, padahal
motivasi tersebut merupakan kunci keberhasilan seorang siswa dalam mencapai
tujuan pembelajaran.
Bertitik tolak dari masalah tersebut seorang
guru dituntut untuk dapat menciptakan suasana belajar yang menarik,
menyenangkan (joyfull learning) dan dapat membangkitkan motivasi belajar
siswa sehingga tercipta pembelajaran yang berkualitas atau bermutu dan tentu
saja tujuan dari pembelajaran juga akan tercapai dengan sendirinya. Salah satu
usaha yang dapat dilakukan guru untuk menciptakan suasana belajar yang joyfull
learning tersebut adalah dengan menggunakan model-model pembelajaran sesuai
dengan karakteristik materi ajar. Banyak
model pembelajaran yang dapat digunakan, seperti yang dikemukakan oleh Hamzah
B. Uno (2007 : 10) diantaranya Concept Attainment
Model yang dikemukakan oleh Jerome Brunner, Inquiry Training oleh
Richar Suchman, Advance Organizer oleh David Ausubel dan
lain-lain. Ismail (2008:73) juga mengemukakan beberapa model pembelajaran
PAIKEM seperti Active Debate, Jigsaw
Learning, Index Card Match, Card Sort, Team Quis, Role Play dan lain
sebagainya. Dari sekian banyak model pembelajaran tersebut, penulis telah
mencoba menerapkan model pembelajaran Card
Sort yang dipadukan dengan Mind Map dalam
pembelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi Takabbur di SMP Negeri 6 Kota
Solok dan ternyata membuahkan hasil yang sangat baik. Begitu juga ketika
penulis mengikuti program pertukaran guru pendidikan agama Islam pada tahun
2011 yang lalu, dimana penulis ditugaskan di SMP Negeri 12 Prafi Kabupaten
Manokwari Propinsi Papua Barat. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar di
SMP Negeri 12 Prafi ini penulis juga menggunakan berbagai model pembeljaran
seperti, Card Sort, Mind Mapping, Snow Ball, Group Investigation dan
Contectual Teaching and learning. Dari semua model pembelajaran yang
penulis lakukan ternyata mampu mengangkat hasil belajar siswa dan dapat membangkitkan
motivasi belajarnya.
B. Identifikasi
Masalah
Banyak
masalah yang menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan
agama Islam, antara lain rendahnya motivasi belajar siswa, sarana dan prasarana
yang tidak memadai, lingkungan yang kurang mendidik, akhlak siswa yang kurang
baik, kemampuan baca tulis Al-Qur’an yang sangat minim, daya serap siswa yang
kurang dan lain sebagainya.
C. Rumusan Masalah
Dari
semua masalah yang menjadi tantangan dalam meningkatkan mutu pembelajaran
seperti yang dikemukakan di atas, tantangan yang sangat utama dan harus
ditundukkan oleh seorang guru adalah masalah motivasi belajar siswa yang masih
rendah. Kenapa hal ini yang penulis tekankan? Karena apabila motivasi belajar
siswa sudah mampu dibangkitkan, maka tantangan yang lain akan bisa teratasi
seiring berjalannya proses belajar mengajar.
D. Tujuan
Penulisan
Karya
tulis ilmiah ini dibuat untuk melengkapi persyaratan sebagai peserta pemilihan
guru Pendidikan Agama Islam SMP Kreatif yang diselenggarakan oleh Direktorat
Pendidikan Agama Islam Kementerian Agama RI tahun 2012
BAB II
KAJIAN TEORI
A. KUALITAS PEMBELAJARAN
1. Tolok Ukur
Keberhasilan Pembelajaran
Berhasil
atau tidaknya siswa dalam
proses pembelajaran akan terlihat dalam evaluasi atau penilaian yang dilakukan
terhadap materi yang telah disajikan dalam proses pembelajaran. Evaluasi atau
penilaian tersebut dimaksudkan untuk mengetahui sejauhmana siswa dapat memahami
atau menguasai materi pelajaran yang tergambar dalam bentuk hasil berupa angka
atau huruf yang sekaligus juga merupakan kualitas sebuah pembelajaran. Apabila
hasil belajar tersebut sudah baik hal ini berarti kualitas pembelajaran
tersebut juga sudah tergolong baik, sebaliknya apabila hasil belajar siswa
tidak baik hal ini mengisyaratkan bahwa kualitas pembelajaran juga belum baik.
Menurut
Sanjaya (2010 : 2) kualitas pembelajaran dapat dilihat dari dua sisi yang sama
pentingnya, yakni sisi proses dan sisi hasil belajar. Proses belajar berkaitan
dengan pola prilaku siswa dalam mempelajari bahan pelajaran, sedangkan hasil
belajar berkaitan dengan perubahan prilaku yang diperoleh sebagai pengaruh dari
proses belajar. Dengan demikian proses pembelajaran dapat dianggap sebagai
sebuah sistem dan keberhasilannya dapat ditentukan oleh berbagai komponen yang
membentuk sistem itu sendiri. Apabila dipetakan banyak komponen yang
berpengaruh terhadap proses dan hasil belajar, mulai dari komponen yang datang
dari dalam yang secara langsung berkaitan dengan proses pembelajaran, sampai
pada komponen luar yang secara langsung atau tidak langsung berkaitan dengan
proses pembelajaran. Komponen yang datang dari dalam secara langsung misalnya
motivasi belajar siswa yang tergolong rendah, kemampuan meyerap pelajaran siswa
yang juga tergolong rendah, akhlak siswa yang kurang baik dan lain sebagainya.
Sedangkan faktor dari luar yang juga ikut mempengaruhi misalnya sarana
prasarana pembelajaran yang kurang memadai, dukungan dari orang tua yang masih
setengah-setengah, pengaruh lingkungan dan sebagainya. Diantara sekian banyak
komponen yang berpengaruh itu, guru merupakan salah satu komponen yang sangat
menentukan, sebab guru merupakan ujung tombak yang secara langsung berhubungan
dan berintegrasi dengan siswa sebagai objek dan subjek belajar. Oleh karena
itu, berkualitas atau tidaknya proses pembelajaran sangat tergantung pada
kemampuan dan prilaku guru dalam pengelolaan pembelajaran. Semua komponen yang
mempengaruhi proses dan hasil belajar tersebut merupakan tantangan yang harus
ditaklukkan oleh guru dalam usaha mencapai tujuan pendidikan dan meningkatkan
kualitas pembelajaran.
Menurut Herlina (2003 : 5) kualitas
pembelajaran dipengaruhi oleh: 1) kemampuan guru menerapkan kurikulum dan
metode mengajar secara efektif dengan menciptakan suasana belajar mengajar yang
menyenangkan melalui interaksi multi arah; 2) kemampuan guru mencari dan
mengembangkan pengetahuan baru mengenai berbagai metode pembelajaran baik
sebagai prakarsa perorangan maupun sebagai usaha kolektif antar guru; 3)
kemampuan merefleksikan pembelajaran dan merancang model pembelajaran serta
mengimplementasikan perbaikan pembelajaran sesuai metode pembelajaran yang
relevan. Apabila guru telah
memiliki kemampuan seperti yang dikemukakan di atas dan mampu
mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran, maka akan terciptalah suasana
belajar yang aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan atau yang lebih
dikenal dengan istilah PAIKEM.
2. Urgensi Motivasi
Belajar
a. Pengertian Motivasi
Banyak pendapat para ahli tentang pengertian motivasi, diantaranya seperti
yang dikemukakan oleh Fathurrohman (2007:19) bahwa motivasi berpangkal dari
kata “motif”, yang dapat diartikan sebagai daya penggerak yang ada di dalam
diri seseorang untuk melakukan aktivitas-aktivitas tertentu demi tercapainya
suatu tujuan. Mc. Donal (dalam Oemar Hamalik, 1992:158)
mendefenisikan motivasi adalah perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang
yang ditandai dengan timbulnya perasaan dan reaksi untuk mencapai tujuan. Terry (1986:21) mengartikan motivasi sebagai keinginan yang
terdapat pada seseorang individu yang merangsang mereka untuk melakukan
tindakan. Selanjutnya, menurut Hoy dan Miskel (2001:210) menyebutkan bahwa secara umum motivasi adalah
sebagai suatu keinginan internal yang mendorong seseorang untuk melakukan suatu
tindakan. Dengan kata lain, motivasi adalah sebagai suatu tenaga yang kompleks,
dorongan-dorongan, kebutuhan-kebutuhan keadaan, ketenagaan atau mekanisme
psikologis internal lain yang menggerakkan pencapaian tujuan personal. Lebih
lanjut disebutkan pula bahwa suatu
pendekatan kognitif terhadap motivasi, beranggapan bahwa orang memutuskan apa
yang akan dilakukan berdasarkan tujuan dan penilaian mereka tentang berbagai
alternatif tingkah laku yang menurut perkiraannya dapat membawa pada pencapaian
tujuan. Yukl (1994:75) mengartikan motivasi sebagai “the process by which behavior is energized and directed“. Motivasi merupakan proses dimana perilaku didorong dan diarahkan.
Sementara Handoko (1997:143) mengartikan motivasi sebagai keadaan dalam diri
seseorang yang mendorong keinginan individu untuk melakukan kegiatan tertentu
guna mencapai tujuan.
Robbins dalam Herlina
(2003:127)
mengatakan bahwa tahapan proses timbulnya motivasi seseorang
adalah: (1) kebutuhan
tak tertahankan, (2) tegangan, (3) dorongan, (4) perilaku pencarian, (5)
kebutuhan dipuaskan, dan (6) pengurang tegangan. Suatu kebutuhan yang tak
terpuaskan menciptakan tegangan yang merangsang dorongan-dorongan di dalam individu itu. Dorongan
ini menimbulkan suatu perilaku pencarian untuk menemukan tujuan-tujuan tertentu
yang jika tercapai akan memenuhi
kebutuhan itu dan mendorong
kepengurangan tegangan.
Berdasarkan beberapa pengertian motivasi dari para ahli di atas, dapat
disimpulkan bahwa motivasi merupakan dorongan yang timbul pada diri seseorang
untuk berbuat dan bekerja dengan memanfaatkan segenap potensi yang dimilikinya
guna mencapai suatu tujuan.
b.
Jenis-jenis Motivasi
Pada dasarnya
motivasi terdiri dari dua jenis yaitu motivasi intrinsik dan motivasi
ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari dalam diri
seseorang. Motivasi intrinsik merupakan kekuatan pendorong yang datang dari
dalam diri individu itu sendiri, dengan arti kata usaha seseorang untuk
memenuhi kebutuhannya yang dilakukan atas kesadaran sendiri. Nawawi (2001:359)
mengemukakan bahwa ada dua bentuk motivasi, yaitu sebagai berikut:
1.
Motivasi Instrinsik
Motivasi ini adalah pendorong kerja
yang bersumber dari dalam diri pekerja sebagai individu, berupa kesadaran
mengenai pentingnya manfaat makna pekerjaan yang dilaksanakannya. Dengan kata
lain motivasi ini bersumber dari kegiatan/tugas yang dikerjakan, baik karena
mampu memenuhi kebutuhan atau menyenangkan atau memungkinkan mencapai suatu
tujuan maupun karena memberikan harapan tertentu yang positif ke masa depan,
misalnya pekerja yang bekerja secara berdedikasi semata-mata karena memperoleh
kesempatan untuk mengaktualisasikan atau mewujudkan realisasi dirinya secara
maksimal.
Menurut Yamin (2007:165) motivasi
intrinsik adalah dorongan yang timbul dari dalam diri seseorang untuk mencapai
suatu tujuan. Sedangkan menurut Fathurrohman (2007:19) motivasi intrinsik
merupakan keinginan yang timbul dari dalam diri individu tanpa ada paksaan
dorongan dari orang lain, tetapi atas dasar kemauan sendiri. Motivasi intrinsik muncul berdasarkan
penghayatan terhadap suatu kebutuhan dan dorongan yang secara mutlak berkaitan
dengan aktivitas belajar. Misalnya belajar karena ingin memecahkan suatu
permasalahan, ingin mengetahui mekanisme sesuatu berdasarkan hukum dan
rumus-rumus, atau ingin menjadi seorang yang ahli dalam dalam bidang ilmu
pengetahuan tertentu. Seorang guru yang ingin menjadi guru yang profesional
akan berusaha sekuat tenaga dan segenap kemampuan untuk mewujudkan segala
persyaratan profesionalismenya. Ia akan senantiasa meningkatkan kompetensi
keilmuannya, meningkatkan kesungguhannya, meningkatkan kecintaannya kepada
pekerjaan, membagi waktu dengan sebaik-baiknya disela kesibukan lainnya dan
memanfaatkan berbagai sumber informasi yang menunjang profesionalismenya.
Dorongan itu hendaknya mengalir dari dalam diri guru tersebut dan adanya rasa
kepercayaan bahwa tanpa bekerja keras untuk memperbaiki motivasinya ia tidak
akan memperoleh hasil yang maksimal. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
motivasi intrinsik adalah kekuatan yang berasal dari dalam diri seseorang yang
mendorongnya untuk melakukan suatu pekerjaan atas kesadaran sendiri guna
mencapai suatu tujuan.
Adapaun indikator motivasi intrinsik tersebut adalah seperti yang
dikemukakan oleh Zaianun (2004:112) sebagai berikut :
1.
Kemampuan membangkitkan semangat dalam melaksanakan tugas
2.
Kemampuan untuk memanfaatkan waktu dan memperbaiki kesalahan dalam
melaksanakan tugas
3.
Kemampuan untuk meningkatkan motivasi dalam bekerja
4.
Kemampuan untuk meningkatkan produktifitas dalam bekrja
5.
Kemampuan untuk memanfaatkan informasi untuk memperbaiki kualitas
pekerjaan
6.
Suasana kerja yang kondusif
7.
Rasa tanggung jawab atas tugas yang dibebankan
2.
Motivasi Ekstrinsik
Motivasi ini adalah pendorong kerja
yang bersumber dari luar diri pekerja sebagai individu, berupa suatu kondisi
yang mengharuskan melaksanakan pekerjaan secara maksimal. Misalnya berdedikasi
tinggi dalam bekerja karena upah/gaji yang tinggi, jabatan/posisi yang
terhormat atau memiliki kekuasaan yang besar, pujian, hukuman dan lainnya.
Menurut
Amstrong (1994:71) motivasi intrinsik
merupakan faktor-faktor dari dalam diri sendiri yang mempengaruhi orang untuk
berprilaku, sedangkan motivasi ekstrinsik juga merupakan suatu kekuatan
yang mendorong seseorang untuk memenuhi kebutuhan tersebut yang bersumber dari
luar dirinya.
B. HAKIKAT
PEDIDIKAN AGAMA ISLAM
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Menurut
Nizar (2002:25) Pendidikan dalam konteks Islam pada umumnya mengacu kepada term
at-Tarbiyah, at-Ta’dib dan at-Ta’lim. Dari ketiga istilah
tersebut term yang paling populer digunakan dalam praktek pendidikan Islam
ialah term at-tarbiyah, sedangkan term at-ta’dib dan at-ta’lim
jarang sekali digunakan. Padahal kedua istilah tersebut telah digunakan
sejak awal pertumbuhan pendidikan Islam. Sedangkan menurut Arifin (1996:10),
pendidikan Islam adalah suatu sistem kependidikan yang mencakup seluruh aspek
kehidupan yang dibutuhkan oleh hamba Allah. Oleh karena Islam mempedomani
seluruh aspek kehidupan manusia muslim baik duniawi maupun ukhrawi. Ahmad D
Marimba (1989:19) mengemukakan bahwa pendidikan Islam adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta
didik menuju terbentuknya kepribadiannya yang utama (insan kamil).
Berdasarkan
beberapa pengertian pendidikan Islam yang dikemukakan oleh para ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa pendidikan Islam adalah suatu sistem pendidikan yang
memungkinkan seorang peserta didik dapat mengarahkan kehidupannya sesuai dengan
ideologi Islam dalam rangka mencapai kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
2. Dasar dan Tujuan Pendidikan Agama Islam
a. Dasar Pendidikan Agama Islam
Dasar adalah landasan untuk berdirinya
sesuatu, fungsi dasar ialah memberikan arah kepada tujuan yang akan dicapai dan
sekaligus sebagai landasan untuk berdirinya sesuatu. (Nizar, 2000:95). Dasar
pendidikan agama Islam dapat ditinjau dari segi religius dan yuridis/hukum. Dasar
pendidikan Islam dari segi religius terdiri dari :
1) Al-Qur’an
Al-Qur’an ialah firman Allah berupa wahyu yang
disampaikan oleh Jibril kepada Nabi Muhammad SAW. Di dalamnya terkandung
ajaran pokok sangat penting yang dapat dikembangkan untuk keperluan seluruh
aspek kehidupan melalui ijtihad. Ajaran yang terkandung dalam Al-Qur.an itu
terdiri dari dua prinsip besar, yaitu yang berhubungan dengan masalah keimanan yang
disebut Aqidah, dan yang berhubungan dengan amal yang disebut dengan Syari’ah.
Istilah-istilah yang sering digunakan dalam membicarakan ilmu tentang syari’ah
ini ialah, ibadah untuk perbuatan yang langsung berhubungan dengan Allah, mu’amalah
untuk perbuatan yang berhubungan selain dengan Allah dan akhlak untuk tindakan
yang menyangkut etika dan budi pekerti dalam pergaulan. Zakiah Darajat
(2004:19-20) menjelaskan bahwa pendidikan termasuk ke dalam usaha atau tindakan
untuk membentuk manusia, termasuk ke dalam ruang lingkup mu’amalah. Pendidikan
sangat penting karena ikut menentukan corak dan bentuk amal dan kehidupan
manusia baik pribadi maupun masyarakat. Di dalam Al-Qur’an terdapat banyak
ajaran yang berisi prinsip berkenaan dengan kegiatan atau usaha pendidikan itu.
Sebagai contoh dapat dibaca kisah Lukman mengajari anaknya dalam surat luqman
ayat 12-19, disana terkandung prinsip materi pendidikan yang berguna untuk
dipelajari oleh setiap muslim.
2) As-Sunnah
Zakiah Darajat (2004:21) juga menjelaskan
bahwa As-Sunnah ialah perkataan, perbuatan ataupun pengakuan Rasul Allah SWT.
Yang dimaksud dengan pengakuan ialah kejadian atau perbuatan orang lain yang
diketahui Rasulullah dan beliau membiarkan saja kejadian atau perbuatantersebut.
Sunnah merupakan ajaran kedua sesudah Al-Qur’an. Sunnah berisi petunjuk
(pedoman) untuk kemashlahatan hidup manusia dalam segala aspeknya, untuk
membina umat menjadi manusia seutuhnya atau muslim yang bertaqwa. Untuk itu
Rasulullah menjadi guru dan pendidik utama bagi umatnya. Oleh karena itu sunnah
merupakan landasan kedua bagi cara pembinaan pribadi manusia muslim. Sunnah
selalu membuka kemungkinan penafsiran berkembang. Itulah sebabnya mengapa
ijtihad perlu ditingkatkan dalam memahaminya termasuk sunnah yang berkaitan
dengan pendidikan.
3) Ijtihad
Zakiah Darajat (2004:22) menjelaskan Ijtihad
adalah istilah para fuqaha, yaitu berpikir dengan menggunakan seluruh ilmu yang
dimiliki oleh ilmuwan syari’at Islam untuk menetapkan/menetukan sesuatu hukum
Syari’at Islam dalam hal-hal yang ternyata belum ditegaskan hukumnya oleh
Al-Qur’an dan Sunnah. Ijtihad dalam hal ini dapat saja meliputi seluruh aspek
pendidikan, tetapi tetap berpedoman pada Al-Qur.an dan Sunnah. Ijtihad dalam
pendidikan harus tetap bersumber dari Al-Qur.an dan Sunnah yang diolah oleh
akal dari para ahli pendidikan Islam. Teori-teori pendidikan baru hasil ijtihad
harus dikaitkan dengan ajaran Islam dan kebutuhan hidup.
Sedangkan yang termasuk dalam dasar yuridis/
hukum adalah :
1. Landasan idiil yaitu Pancasila, sila pertama
Ketuhanan Yang Maha Esa mengandung pengertian bahwa seluruh bangsa Indonesia
harus percaya kepada Tuhan Yang Maha Esa atau dengan kata lain harus beragama. Untuk
mewujudkan manusia yang mampu mengamalkan ajaran agamanya sangat diperlukan
pendidikan agama karena pendidikan agama mempunyai tujuan membentuk manusia
bertaqwa kepada Allah SWT.
2. Landasan Struktural/ konstitusional yakni UUD
1945 dalam Bab XI Pasal 29 ayat 1 dan 2 berbunyi :
1) Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha
Esa
2) Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk
untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan kepercayaannya
itu.
3. Landasan Operasional, yakni dasar yang secara
langsung mengatur pelaksanaan pendidikan agama di sekolah-sekolah di Indonesia,
yakni Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, Pendidikan agama secara langsung dimasukkan ke dalam
kurikulum di sekolah-sekolah mulai dari sekolah dasar sampai universitas-universitas
negeri.
b.
Tujuan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mencapai suatu tujuan,
tujuan pendidikan akan menentukan kearah mana peserta didik akan dibawa. Tujuan
pendidikan juga dapat membentuk perkembanagan anak untuk mencapai tingkat
kedewasaan, baik bilogis maupun pedagogis. Abdurrahman Saleh Abdullah mengatakan dalam bukunya,”Educational
theory a Qur’anio out loo”, yang dikutip oleh Armai Arief menjelaskan bahwa
tujuan pendidikan Islam adalah untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah
Allah SWT, atau sekurang-kurangnya mempersiapkan ke jalan yang mengacu kepada
tujuan akhir. Abdul Majid (2004:135) mengemukakan bahwa Pendidikan agama Islam
di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melaui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman
peserta didik tentang agama Islam sehingga mejadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya, berbangsa dan bernegara, serta
untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2007
dinyatakan bahwa tujuan Pendidikan Islam adalah :
1. Menumbuhkembangkan akidah
melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan,
pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman peserta didik tentang agama Islam
sehingga menjadi manusia muslim yang terus berkembang keimanan dan ketakwaannya
kepada Allah SWT;
2. Mewujudkan manuasia Indonesia yang taat beragama dan berakhlak mulia yaitu manusia yang berpengetahuan, rajin
beribadah, cerdas, produktif, jujur, adil, etis, berdisiplin, bertoleransi
(tasamuh), menjaga keharmonisan secara personal dan sosial serta mengembangkan
budaya agama dalam komunitas sekolah.
BAB III
PEMBAHASAN
Pada
dasarnya pembelajaran merupakan upaya untuk mengarahkan anak didik ke dalam
proses belajar, sehingga mereka dapat mencapai tujuan belajar sesuai dengan apa
yang diharapkan. Anak didik merupakan
individu yang berbeda satu sama lain, memiliki keunikan masing-masing yang
tidak sama dengan orang lain. Oleh karena itu pembelajaran hendaknya
memperhatikan perbedaan-perbedaan individual anak tersebut, sehingga
pembelajaran benar-benar dapat merobah kondisi anak dari yang tidak tahu
menjadi tahu, dari yang tidak paham menjadi paham serta dari yang berperilaku
kurang baik menjadi baik. Kondisi riil anak seperti ini, selama ini kurang
mendapat perhatian di kalangan pendidik. Hal ini terlihat dari perhatian
sebagian guru/pendidik yang cenderung memperhatikan kelas secara keseluruhan,
tidak perorangan atau kelompok anak, sehingga perbedaan individual kurang
mendapat perhatian. Gejala yang lain terlihat pada kenyataan banyaknya guru
yang menggunakan metode pengajaran yang cenderung sama setiap kali pertemuan di
kelas berlangsung.
Pembelajaran
yang kurang memperhatikan perbedaan individual anak dan cenderung sama setiap
kali pertemuan di kelas berlangsung akan sulit untuk dapat mengantarkan anak
didik ke arah pencapaian tujuan pembelajaran dan pembelajaran jadi tidak
bermutu dan terjadinya kesenjangan yang nyata antara anak yang cerdas dan anak
yang kurang cerdas dalam pencapaian tujuan pembelajaran. Hal ini sekaligus
sebagai penyebab rendahnya motivasi siswa dalam belajar disamping faktor lain
yang juga ikut mempengaruhinya. Akan tetapi motivasi belajar ini merupakan
kunci keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Tanpa motivasi
belajar, sekuat apapun daya serap siswa terhadap pelajaran maka tujuan
pembelajaran tetap tidak akan tercapai. Walau bagaimanapun hebatnya dan
dalamnya pengetahuan seorang guru jika
tidak didukung oleh siswa yang punya motivasi untuk belajar, maka pembelajaran tidak akan menjadi sebuah
pembelajaran yang joyfull learning. Seorang guru yang tak mampu
membangkitkan motivasi belajar siswa tidak akan memperoleh pembelajaran yang
berkualitas, oleh karena itu seorang guru harus memiliki kompetensi sebagai
seorang pendidik profesional agar bisa meningkatkan kualitas pembelajaran.
Achjar
Chalil (2008:67) mengemukakan terkait dengan profesinya, guru adalah individu
yang wajib memiliki empat kompetensi, yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, sosial dan kompetensi profesional. Untuk bisa mengaktualisasikan
seluruh kompetensi yang tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah. Banyak
tantangan dan rintangan yang harus dilewati, usaha keras saja tidak cukup untuk
mewujudkan itu semua. Agar guru tetap tegar dan dapat melewati semua tantangan rintangan
dan dapat melaksanakan tugas sesuai dengan tuntutan kompetensi yang harus
dipenuhi, maka sebalum melaksanakan tugas mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan dan melatih peserta didik, guru harus terlebih dahulu mendidik,
mengajar, membimbing, mengarahkan dan melatih jiwanya sendiri. Hanya jiwa yang
bersih yang mampu membuat jiwa-jiwa yang ada di sekitarnya menjadi bersih juga.
Tak mungkin sapu yang kotor dapat membersihkan lantai yang kotor.
Sesuai
dengan pengalaman penulis mengajar di beberapa sekolah selama sembilan tahun sebagai
guru honor, gaji yang diterima setiap bulannya hanya puluhan ribu rupiah.
Apabila dibandingkan penghasilan yang didapat dengan biaya hidup yang mesti
dikeluarkan ditambah lagi dengan beban mengajar yang cukup banyak serta
kegiatan ekstra kurikuler yang mesti dilaksanakan, maka jauh tidak seimbang
antara pendapatan dengan pengeluaran dan rasanya penulis ingin berhenti sebagai
guru honor. Tetapi penulis punya keyakinan yang kuat bahwa Allah pasti
memudahkan jalan hidup ini dan mendatangkan rezeki dari pintu yang tak pernah
penulis perkirakan jika menjalankan tugas sebagai guru honor dengan penuh
keikhlasan dan hati yang bersih, dan ternyata semua itu telah menjadi sebuah
kenyataan. Setelah penulis diangkat sebagai pegawai negeri sipil dan ditugaskan
di SMP Negeri 6 Kota Solok Provinsi Sumatera Barat, penulis mencoba
membangkitkan motivasi belajar siswa dengan menerapkan berbagai model
pembelajaran seperti Card Sort, Mind Mapping, Group Investigatin, Snow Ball dan
lain sebagainya dan ternyata hasilnya dapat membangkitkan motivasi belajar
siswa sehingga hasil belajar siswa juga meningkat. Bagi siswa yang kurang mampu
dan tidak bisa sama sekali membaca Al-Qur’an penulis melakukan pembelajaran
tambahan tentang baca tulis Al-Qur’an, dan penulis juga telah melaksanakan
pembelajaran dengan memanfaatkan ICT untuk menciptakan pembelajaran yang
menyenangkan dan sekaligus untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
Ketika
penulis menjalankan tugas sebagai salah seorang peserta pertukaran guru
Pendidikan Agama Islam pada tahun 2011 yang lalu, dimana penulis di tempatkan
di SMP Negeri 12 Prafi Kabupaten Manokwari Privinsi Papua Barat, penulis juga
menerapkan berbagai model pembelajaran seperti yang penulis lakukan di SMP
Negeri 6 Kota Solok Provinsi Sumatera Barat, dan ternyata hasilnya juga sangat
menggembirakan. Dimana motivasi belajar siswa tumbuh dan berkembang dan hasil
belajar siswa juga meningkat walaupun daya serap siswa di SMP Negeri 12 Prafi
Privinsi Papua Barat ini lebih rendah dibandingkan dengan siswa di SMP Negeri 6
Kota Solok Provinsi Sumatera Barat.
BAB IV
P E N U T U P
A.
Kesimpulan
Dari uraian yang telah disampaikan pada bab
sebelumnya dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1.
Sebelum melaksanakan tugas mendidik, mengajar,
membimbing, mengarahkan dan melatih peserta didik, guru harus terlebih
dahulu mendidik, mengajar, membimbing,
mengarahkan dan melatih jiwanya sendiri dan melaksanakan tugas dengan ikhlas.
2.
Untuk bisa menundukkan segala macam rintangan dalam
meningkatkan kualitas pembelajaran guru harus menguasai dan mengimplementasikan
seluruh kompetensi sebagai seorang guru.
3.
Dengan melaksanakan berbagai model pembelejaran sesuai
dengan karakteristik materi ajar akan meningkatkan motivasi siswa dalam belajar
dan dapat mingkatkan hasil belajar siswa serta dapat meningkatkan kualitas pembelajaran.
B.
Saran-saran
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih terdapat
kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak
demi kesempurnaan tulisan ini
DAFTAR PUSTAKA
Abdul majid, Dian Andayani. Pendidikan Agama Islam Berbasis
Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Achjar Chlil dan Hudaya Latuconsina, 2008. Pembelajaran
Berbasis Fitrah. Jakarta:
Balai Pustaka
Ahmad D. Marimba, 1989. Pengantar Filsafat Pendidikan Islam,
Bandung: PT. Al-maarif
Amstrong, Michael. (1994). Manajemen Sumber Daya Manusia.
(Alih bahasa oleh
Armai Arief, 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi
Pendidikan Islam, (Jakarta : Ciputat
Pers
Departemen Agama RI, 1998. Al-Qur’an dan Terjemahnya.
Semarang : Asy Syifa’
Fathurrohman, Pupuh. (2007). Strategi Belajar Mengajar. Refika
Aditama. Bandung
Hamzah, B Uno, 2007. Model
Pembelajaran. Jakarta : Bumi Aksara
Herlina,
Lina. 2003. Isu-isu Aktual
Sekolah dalam Dunia Pendidikan. Bandung ; PPPGF.
Hamalik, Oemar. (1992). Administrasi
dan Supervisi Pengembangan Kurikulum. Mandar Maju. Bandung
Handoko, T. Tani. (1997). Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia. BPEE. Yokyakarta
Hoy,Wayne K. dan Miskel,Cecil G.(2001). Educational Theory
Research,and Practice 6th ed.,International Edition. McGraw-Hill
Co. Singapore
H. M. Arifin, 1996. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta
: Bumi Aksara
Ismail, SM, 2008. Strategi
Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM.
Semarang : RaSAIL Media Group.
Nawawi, Hadari. (2001). Manajemen Sumber Daya Manusia Untuk Bisnis Yang Kompetitif. Gajah
Mada University Press. Yokyakarta
Sanjaya, Wina, 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta. Kencana
Samsul Nizar,2002. Filsafat Pendidikan Islam ,
pendekatan Historis, Teoritis dan Praktis,
Jakarta :Ciputat Pers
___________,2000. Pengantar Dasar-dasar Pemikiran
Pendidikan Islam, Jakarta: Gaya Media
Pratama
Undang-undang Dasar 1945 Hasil Amandemen,2005. Jakarta :
Sinar Grafika
Undang-undang Republik Indonesia nomor 20 tahun 2003, Sistem
Pendidikan Nasional. Bandung :
Fokus Media
Yamin, Martinis, 2007. Kiat
Membelajarkan Siswa. Jakarta : Gaung Persada
Yukl,
Gary. 1994. Kepemimpinan
Dalam Organisasi (Leadership in
Organization 3 e). Jakarta:
Prenhallindo
Zainun, Buchari, 2004. Manajemen dan Motivasi. Jakarta :Balai aksara
Zakiah Daradjat, 2004. Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta
: Bumi Aksara, 2004
Lampiran 1
FOTO
KEGIATAN PEMBELAJARAN CARD SORT DAN MIND MAP DI SMP NEGERI 6 KOTA SOLOK
PROVINSI SUMATERA BARAT
1.
Guru Memperkenalkan dan mengocok kartu
2.
Guru membagikan kartu kepada siswa
3.
Siswa mencocokkan kartu
4.
Siswa menempelkan kart
5.
Siswa mempresentasikan
6.
Guru memberikan penguatan
7.
Guru memberikan kesempatan kepada siswa menyimpulkan
pelajaran
Lampiran 2
FOTO
KEGIATAN PEMBELAJARAN CARD SORT, SNOW
BALL DAN GROUP
INVESTIGATION DI SMP NEGERI 12 PRAFI KABUPATEN MANOKWARI PROVINSI PAPUA BARAT
1.
Pembelajaran Model Card Sort
2. Pembelajaran
Model Group Investigation
3.
Pembelajaran Model Snow Ball